KATA
PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Puji syukur
senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat
dan taufik-Nya kepada kita, sehingga kami, selaku penulis dapat menyeleseikan
penulisan laporan penyusunan tugas sekolah berupa karya tulis.
Salawat
serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan kita nabi agung Muhammad
SAW yang telah mengantar kita kepada jalan keselamatan lewat sabda-sabdanya.
Dalam
penulisan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis berterima kasih kepada :
1.
Kedua orang tua kami tercinta yang
memberi dorongan dan do’a sehingga kami dapat menyelesaikan tugas karya tulis
ini.
2.
Bapak H.Dayat Sudrajat,S.Pd.I.selaku
Kepala SMP Negeri 2 Manonjaya
3.
Bapak Dedi Supriadi,S.Pd selaku wali
kelas IX E
4.
Bapak Tatang Ramdani,S.Pd selaku
pembimbing.
5.
Teman-teman yang telah memberi
dukungan dan masukan.
6.
Semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Akhirnya, tiada gading yang tak
retak. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan. Penulis
juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Manonjaya,
November 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Tujuan Kegiatan ............................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan Karya Tulis...................................... ………… 1
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Candi Borobudur ................................................................ 2
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Tujuan Kegiatan ............................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan Karya Tulis...................................... ………… 1
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Candi Borobudur ................................................................ 2
a.Sejarah Candi
Borobudur……………………………….
b.
BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1. Landasan Teori .......................................................................... 8
3.2. Pemecahan Masalah ................................................................... 8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 10
4.2 Saran-saran ……………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... ... 11
Lampiran-lampiran…………………………………………………………. 12
BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1. Landasan Teori .......................................................................... 8
3.2. Pemecahan Masalah ................................................................... 8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 10
4.2 Saran-saran ……………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... ... 11
Lampiran-lampiran…………………………………………………………. 12
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia tidak hanyalah dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan.
Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Adanya objek wisata Candi Borobudur diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap daerah dan mendorong masyarakat sekitar berdagang atau menjual barang yang menjadi cirri khas daerah Wisata Candi Borobudur. Dalam keadaan seperti itulah Keraton Yogyakarta mampu menunjukkan keeksistensiannya dalam menjaga budaya-budaya leluhur dengan keaslian bangunannya yang kental dengan nuansa jawa. Dengan adanya Keraton Yogyakarta budaya bangsa yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini dapat lestari dan akhinya tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Sebagai pelajar khususnya pelajar Yogyakarta harus mampu memperdalam wawasan kebudayaan Jawa sekaligus merawatnya hingga dapat memperkaya Kebudayaan Daerah bahkan Kebudayaan Nasional. Untuk itu, panitia Praktek Pengenalan Lapangan MAN YOGYAKARTA 1 memilih Keraton Yogyakarta sebagai objek yang harus dikaji dan diamati oleh peserta
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia tidak hanyalah dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan.
Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Adanya objek wisata Candi Borobudur diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap daerah dan mendorong masyarakat sekitar berdagang atau menjual barang yang menjadi cirri khas daerah Wisata Candi Borobudur. Dalam keadaan seperti itulah Keraton Yogyakarta mampu menunjukkan keeksistensiannya dalam menjaga budaya-budaya leluhur dengan keaslian bangunannya yang kental dengan nuansa jawa. Dengan adanya Keraton Yogyakarta budaya bangsa yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini dapat lestari dan akhinya tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Sebagai pelajar khususnya pelajar Yogyakarta harus mampu memperdalam wawasan kebudayaan Jawa sekaligus merawatnya hingga dapat memperkaya Kebudayaan Daerah bahkan Kebudayaan Nasional. Untuk itu, panitia Praktek Pengenalan Lapangan MAN YOGYAKARTA 1 memilih Keraton Yogyakarta sebagai objek yang harus dikaji dan diamati oleh peserta
1.2 Tujuan Kegiatan
Ada pun tujuan wisata ini sebagai berikut :
a.Menambah wawasan
tentang beberapa tempat wisata di Yogyakarta.
b. Menambah wawasan
tentang sejarah dan budaya.
c. Menghargai
nilai-nilai sejarah dan budaya
1.3 Tujuan
Penulisan Karya Tulis
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut
Untuk mengetahui pengaruh Objek Wisata di Yogyakarta terhadap ekonomi para pedagang di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur
Untuk mengetahui para pedagang di kawasan wisata Candi Borobudur,Monumen Jogja Kembali,Kraton Yogyakarta,Taman pintar,dan Malioboro
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut
Untuk mengetahui pengaruh Objek Wisata di Yogyakarta terhadap ekonomi para pedagang di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur
Untuk mengetahui para pedagang di kawasan wisata Candi Borobudur,Monumen Jogja Kembali,Kraton Yogyakarta,Taman pintar,dan Malioboro
1
Bab II TINJAUAN UMUM
2.1 Candi Borobudur
A.
Sejarah Candi Borobudur
Candi
Borobudur itu didirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti, namun suatu
perkiraan dapt diperoleh dengan tulisan singkat yang di pahat diatas pigura
relief kaki asli Candi Borobudur menunjukan huruf sejenis dengan yang dapat
dari prasasti abad ke-8 sampai awal abad ke-9 kesimpulan bahwa Candi Borobudur
didirikan paa tahun 800 M
Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama ahkan sampai berabad-abad bangunan yang begitu megahnya diharapkan pada proses kehancuran. Setelah itu pada tanggal 10 agustus 1973 dimulai pekerja pembangunan Candi Borobudur terletak disebelahbarat laut menghadap ketimur karyawan pembenahan tidak kurang dari 600 orang bagian bagian yang dibenahi ialah bagian rapadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar. Kaki Candi Borobudur, teras, I,II,III. Stupa induk dan selesai pada tanggal 23 Febuari 1983
Borobudur adalah nama sebuah Candi Budha terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama budha Mahayana Wangsa syailendra. Dalam etnis tionghoa Candi ini disebut juga hanyu pinyin.
Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama ahkan sampai berabad-abad bangunan yang begitu megahnya diharapkan pada proses kehancuran. Setelah itu pada tanggal 10 agustus 1973 dimulai pekerja pembangunan Candi Borobudur terletak disebelahbarat laut menghadap ketimur karyawan pembenahan tidak kurang dari 600 orang bagian bagian yang dibenahi ialah bagian rapadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar. Kaki Candi Borobudur, teras, I,II,III. Stupa induk dan selesai pada tanggal 23 Febuari 1983
Borobudur adalah nama sebuah Candi Budha terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama budha Mahayana Wangsa syailendra. Dalam etnis tionghoa Candi ini disebut juga hanyu pinyin.
B. Manfaat
Candi Borobudur
Fungsi candi Borobudur hampir sama
dengan fungsi candi pada umumnya, yaitu.
1)
Tempat menyimpan relik atau disebut Dhatugarba (peninggalan-peninggalan benda
suci).
2)
Tempat sembahyang atau beribadat bagi umat Budha.
3)
Merupakan lambang suci bagi umat Budha, cermin nilai-nilai tertinggi agama
Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya
sedalam-dalamnya.
4)
Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.
Arti atau Makna Candi Borobudur
Arti atau makna candi Borobudur
secara filosofis adalah merupakan lambang dari alam semesta atau dunia cosmos.
Menurut ajaran Budha, alam semesta dibagi menjadi tiga unsur atau dhatu dalam
bahasa Sansekerta yaitu meliputi:
1)
unsur nafsu, hasrat atau kamadhatu;
2)
unsur wujud, rupa, bentuk, atau Ruphadatu;
3)
unsur tak berwujud, tanpa rupa, tak berbentuk atau Arupadhatu;
2
2.2 Monumen
Yogya Kembali
- Sejarah Monumen Yogya Kembali
Dibangun pada 29 Juni 1985 yang ditandai dengan upacara
tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Gagasan untuk mendirikan monumen
ini dilontarkan Kolonel Sugiarto, selaku Wali kota madya Yogyakarta dalam
Peringatan Yogya Kembali yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Tingkat II
Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1983. Dipilihnya nama Yogya Kembali dengan
maksud sebagai tetenger atau penanda peristiwa sejarah ditariknya tentara
pendudukan Belanda dari Ibu kota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949. Hal ini
sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan
pemerintahan Belanda.
Monumen Jogja Kembali Pembangunan
monumen dengan bentuk kerucut dan terdiri dari tiga lantai ini selesai dibangun
dalam waktu empat tahun dan diresmikan pembukaannya tanggal 6 Juli 1989 oleh
Presiden RI pada waktu itu, Soeharto.
Monumen setinggi kurang lebih 31.8
m ini terletak di Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten
Sleman. Bentuk kerucutnya melambangkan bentuk gunung yang menjadi perlambang
kesuburan selain memiliki makna melestarikan budaya nenek moyang pra-sejarah.
Pemilihan lokasi Monumen Yogya
Kembali juga memiliki alasan berlatarkan budaya Yogya, yaitu monumen terletak
pada sumbu atau poros imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Kraton,
Panggung Krapyak dan pantai Parang Tritis. Sumbu imajiner ini sering disebut
dengan Poros Makrokosmos atau Sumbu Besar Kehidupan. Titik imajinernya sendiri
bisa anda lihat pada lantai 3 ditempat berdirinya tiang bendera.
Bangunan monumen ini terdiri dari
taman depan dimana pengunjung bisa melihat Meriam PSU Kaliber 60mm buatan
Rusia, sedangkan dihalaman paling depan anda bisa jumpai Replika Pesawat Guntai
dan Pesawat Cureng yang dipakai dalam peristiwa perjuangan ini. Memasuki
halaman museum terdapat dinding yang memenuhi satu sisi selatan monumen yang
berisi Rana Daftar Nama Pahlawan dimana pengunjung bisa melihat 422 nama
pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III antara tanggal 19 Desember 1948
sampai dengan 29 Juni 1949 dan puisi 'Karawang-Bekasi' karangan Khairil Anwar.
Monumen Jogja Kembali Bangunan monumen yang terdiri dari tiga lantai terbagi
dalam beberapa bagian. Seluruh bangunan dikelilingi oleh kolam air. Di lantai
satu adalah museum dimana terdapat empat ruang museum yang menyajikan
benda-benda koleksi berupa: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai
jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum yang kesemuanya menggambarkan suasana
perang kemerdekaan 1945-1949. Pengunjung bisa melihat tandu yang digunakan
untuk menggotong Panglima Besar Jenderal Soedirman selama perang gerilya,
seragam tentara dan dokar yang juga pernah digunakan oleh Panglima Besar
Jenderal Soedirman. Konon total koleksi barang-barang dalam museum tersebut
mencapai ribuan. Perpustakaan menggunakan satu ruang di lantai satu yang
merupakan perpustakaan khusus yang menyediakan bahan-bahan referensi sejarah
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan dapat dimanfaatkan oleh umum. Ruang
serbaguna adalah ruangan yang terletak ditengah-tengah ruangan lantai satu
lengkap dengan panggung terbuka-nya. Setiap hari Sabtu dan Minggu diruangan ini
digelar berbagai atraksi diantaranya tarian klasik, gamelan, musik electone
yang memainkan lagu-lagu perjuangan. Ruangan Serbaguna ini bisa digunakan oleh
umum untuk acara-acara pernikahan, seminar, wisuda dan lain-lain. Di lantai 2
bagian dinding paling luar yang melindungi tubuh monumen, pengunjung bisa
melihat 40 buah Relief Perjuangan Phisik dan Diplomasi perjuangan Bangsa
Indonesia sejak 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. Pengunjung bisa
melihat antara lain relief Jenderal Mayor Meyer yang mengancam Sri Sultan HB IX
pada tanggal 3 Maret 1949, Presiden dan para pemimpin lain kembali ke
Yogyakarta, pernyataan dari Sri Sultan HB IX yang menyatakan bahwa Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah bagian dari Negara Republik Indonesia, Perayaan
Kemerdekaan di halaman Kraton Ngayogyakarta dan lain-lain.
|
Kesepuluh diorama disajikan dalam
kronologis waktu sehingga memudahkan pengunjung untuk memahami urutan kejadian
yang sebenarnya. Disini kita juga semakin memahami peran perjuangan Jenderal
Soedirman yang waktu itu dengan kondisi kesehatan sangat lemah dan paru-paru
sebelah tetap memaksakan diri ikut berjuang dengan cara gerilya walaupun
Presiden Soekarno sudah memintanya untuk tinggal bersamanya saja. Diorama ini
disajikan diawal-awal. Di tengah-tengah diorama disisipkan juga adegan yang
terkenal dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol
Soeharto yang memiliki tujuan politik, psikologis dan militer dimana bangsa
Indonesia ingin mengabarkan pada dunia mengenai eksistensi-nya. Berita
keberhasilan SU 1 Maret 1949 tersebut berhasil disebarluaskan melalui jaringan
radio AURI dengan sandi PC-2 di Banaran, Playen, Gunung Kidul secara beranting
hingga sampai ke Burma, India dan sampai kepada perwakilan RI di PBB. Menjelang
diorama terakhir kita bisa melihat akhir dari perjuangan panjang dan melelahkan
bangsa dimana akhirnya tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta pada tanggal 29
Juni 1949 dan Sri Sultan HB IX bertindak selaku koordinator keamanan yang
mengawasi jalannya penarikan pasukan tersebut dan diakhiri dengan adanya
Persetujuan Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949
4
- Letak Monumen Yogya Kembali
Lokasi-
Monumen Yogya Kembali (Monjali) terletak di ring-road utara kota Yogyakarta
tepatnya di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten
Sleman. Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan
dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada
di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara
darmawisata.
- BENDA-BENDA BERSEJARAH
Museum
Lantai 1
Di lantai 1 terdapat empat ruang museum yang menyajikan
benda-benda koleksi berupa Realia, Replika, Foto, Dokument, Heraldika, Berbagai
jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum, yang kesemuanya menggambarkan
suasana perang kemerdekaan 1945 sampai 1949.
Benda-benda
di Museum 1, antara lain :
1.
Foto-foto tentang proklamasi, ibu
fatmawati yang sedang menjahit bendera pusaka merah putih, tempat upacara
pengibaran sang saka merah putih, foto kabinet pertama republik Indonesia.
2.
Di dalam lemari ada speaker untuk
gema proklamasi ( speaker/microfon),
sabel mersose dan bambu runcing sebagai modal dasar pemuda indonesia dalam bersenjata.
3.
- Ada foto Sultan Hamengku Buwono XI
-foto
barisan bambu runcing
-foto
maklumat 5 september 1945
-foto
rapat raksasa di alun-alun utara Yogyakarta
-foto
pertempuran kota baru 7 oktober
-foto
konggres pemuda 1
-foto
saat laporan pelaksanaan genjatan senjata
-foto
perundingan Indonesia – Belanda
-foto
pengangkutan tentara jepang dengan kereta api ( allied prisioners of war and
‘nterhern )
-foto
Bank Indonesia
-foto
saat bantuan dari India datang untuk para rakyat Indonesia
-foto
saat presiden soekarno menuntaskan buta huruf tahun 17 maret 1948
-foto uang ORI yang di keluarkan Indonesia tanggal
1 oktober 1946
4. Ada juga
patung-patung yang memakai seragam tentara Indonesia seperti PETA, HEIHO,
LASURI, POLISI ISTIMEWA, GERILYA, TENTARA PELAJAR, BKR UDARA, BKR LAUT, BKR
UDARA
5. Ada juga mesin ketik dan guci jaman dulu
6. Berbagai macam senjata yang di gunakan para pejuang.
7. Ada juga senjata dari belanda
8. Ada bendera atau panji-panji divisi serta panji-panji
resimen
9. Miniatur perahu mayang, perahu tsb berasal dari
banyuwangi
10.
Banyak senjata tajam para pejuang, seperti SAMURAI, SYUTHO (tempat air minum), HAN-NGO (tempat nasi), SENAPAN,
MORTIR, BROWNING 303 (USA)
11.
Miniatur perahu penisi
12.
Mesin pesawat terbang dan gambar penerbang
13.
Granat longsor, granat nanas, granat gombyok, granat senapan, sumbu api, truk
boom
14.
Merpati POS
15.
Peta wilayah RI menurut persetujuan RENVILLE
16.
Radio philips, pistol nambo, pedang mandao
17.
Jaket Faridan M.Noto
Benda-benda
di Museum 2 antara lain :
1.
Pesawat telepon
2.
Walky talky
3.
Mesin jahit
4.
Dokar
5.
Diagram veteran dalam negara RIS
6.
Tandu
7.
Meriam yugo
8.
Patung Teuku Umar
9.
Meriam PSU Derlikon
10.
Meja kursi dan peralatan makan minum
digunakan oleh panglima besar Jendral Soedirman di Wonosari, Gunung Kidul.
11.
Kursi kerja Gubernur kepala daerah
istimewa Yogyakarta (Sri Sultan HB IX) di kepatihan pada masa perang
kemerdekaan.
12.
SNP Karaben Mauser, Jerman Barat
1942
Benda-benda
di Museum 3, antara lain :
1.
Evokativ dapur umum
2.
Evokatif Palang Merah Indonesia
3.
Peta rute konsolidasi komandan
wehrlereise III
4.
Meja kusi tamu yang di gunakan Mayor
R. Sumual pada Agresi Militer II
5.
Sepeda Simplex milik Ibu Ruswa saat
Agresi Militer 2 di gunakan untuk membawa kertas-kertas rahasia
6.
Meja, kursi, sentir untuk belajar
mengajar saat itu
Benda-benda
di Museum 4, antara lain :
1. Tempat tidur yang ada di Gedung Agung di pakai saat soekarno
di Yogyakarta
2. Patung setengah badan Ki Hajar Dewantara
3. Foto-foto Tokoh Perjuangan
4. Patung setengah badan KH. Mansyur
5. Meja Kursi tamu yang digunakan Moh. Hatta
Selain
museum di lantai 1 terdapat perpustakaan yang merupakan perpustakaan khusus
yang menyediakan bahan-bahan referensi,sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia dan dapat di manfaatkan oleh umum. Ada juga Ruang Serbaguna yang
berada di tengah-tengah ruangan di lengkapi dengan panggung terbuka ruang ini
dapat di gunakan untuk acara-acara pernikahan, seminar, wisuda, serta atraksi
seni seperti : tari klasik, gamelan, musik elektone dengan lagu-lagu perjuangan
Museum Lantai 2
Lapik luar dinding langkan lantai 2 yang melindungi tubuh
monumen di sajikan 42 buah relief perjuangan fisik dan diplomasi perjuangan
bangsa Indonesia sejak 17 agustus 1945 sampai 28 Desember 1949
1. Diorama penyerbuan tentara belanda di lapangan terbang
Maguwoharjo 19 desembar 1948 jam 05.50
2. Diorama panglima Besar Jenderal Sudirman melapor kepada
Presiden untuk memimpin Perang Gerilya 19 Desember 1948
3. Diorama Presiden, Wakil Presiden dan pemimpin lainnya di
asingkan ke Sumatera 23 Desember 1948
4. Diorama perlawanan rakyat bersama tentara terhadap Belanda 23 Desember 1948
5. Diorama konsolidasi dan pemberontakan sektor-sektor
pertahanan di Ngotho 26 desember 1948
6. Diorama Serangan Umum 1 Maret 1949
7. Diorama Penandatanganan Roem-Royem Statement 7 Mei 1949
8. Diorama penarikan tentara belanda dari Yogyakarta 29 Juni
1949
9. Diorama Panglima Besar Soedirman tiba di Yogyakarta 10 Juli
1949
10. Diorama peringatan Proklamasi di Yogyakarta 17 agustus 1949
Lantai 3
Di sebut juga ruang Garba Graha atau ruang hening, di
harapkan pengunjung dapat mensyukuri karunia tuhan dan mohon agar para syuhada
yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan dapat diterima di sisi tuhan sesuai
dengan amal bhaktinya.
7
2.3 Kraton
Yogyakarta
A. Arti dan Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton
adalah tempat bersemayamnya ratu-ratu. Berasal dari kata-kata ka + ratu + an.
Keraton juga disebut kedaton yang berasal dari kata-kata ka + datu + an yaitu
tempat datu-datu atau ratu-ratu, dalam Bahasa Indonesia berarti istana. Jadi
keraton ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, arti filsafat dan
arti kebudayaan.
Arsitektur
bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya,
sampai pada warna gedng-gedungnya pun mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam
di dalamnya bukan sembarangan pohon. Semua yang ada di Keraton seakan-akan
memberi nasihat agar cinta dan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam bertingkah laku dalah
sehari-hari dan lain-lain.
Arsitek
yang merancang bangunan Keraton Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I
yang bergelar Pangeran Mangkubumi Sukowati dan juga bergelar de bouwmeester
van zijn broer Sunan P. B. II.(arsitek dari kakanda Sunan Paku Buwana II)
ketika masih muda.
Keraton
Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun Jawa 1682. Diperingati dengan
sebuah Condro sengkolo memet pintu gerbang Kemagangan di pintu gerbang Gadung
Mlati, berupa 2 naga yang berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa
"Dwi naga rasa tunggal", dwi artinya 2, naga artinya 8, rasa artinya
6 dan tunggal yang berarti 1. dibaca dari belakang menjadi 1682. warna naga
hijau yang berarti pengharapan.
Di sebelah
luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanan-kiri ada hiasan juga
terdiri dari 2 ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa
Jawa berarti "Dwi naga rasa wani" artinya tahun 1682. Tahunnya sama
tetapi dekorasinya berbeda. Warna naga merah yang merupakan simbol keberanian.
Di halaman Kemagangan ini dahulu diadakan ujian bela diri memakai tombak antar
calon prajurit-prajurit keraton.
B. Keraton Yogyakarta
dan Lingkungan Sekitarnya.
Luas
Keraton Yogyakarta adalah
. Di dalamnya terdapat banyak
bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan. Kompleks Keraton
Yogyakarta dan lingkungan Sekitarnya terdiri atas:


1. Kedaton/ gedung Prabayeksa.
Gedung
Prabayeksa merupakan tempat peninggalan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta.
Dindingnya gebyog, kayunya berwarna sawo matang dan lantainya marmer. Condrosengkolo berdirinya gedung ini berbunyi
"Warna sanga rasa tunggal" yang berarti tahun 1694 Jawa. Di dalamnya
terdapat lampu yang tak pernah padam yang bernama Kyai Wiji. Praba artinya
cahaya dan yeksa artinya besar, jadi merupakan cahaya yang besar atau terang.
Semua itu mengandung arti perjalanan roh
di zaman akhirat itu mengikuti jalannya cahaya sampai di sebuah tempat yang
tetap, yang terang dan langgeng. Menurut K.P.H. Bringtodiningrat, lampu itu
adalah simbol dari sinar yang tak pernah padam. Dan menurut Dr. Th Pigeaud
merupakan simbol dari Het Licht van once geest atau dalam bahasa
Indonesia berarti sinar semangat jiwa kita.
2. Bangsal Kencana.
Bangsal ini
berbentuk pendapa dilingkari emper (kaki lima) pada keempat sisinya. Bentuk
semacam ini dinamakan sinom. Lantainya dari marmer, tiang-tiangnya kayu jati,
palfonnya dihiasi ukiran-ukiran yang sangat indah. Bangsal ini dikelilingi
tratag, berlantai marmer, berlantai besi dan beratap seng tempat ini dipakai
untuk gamelan jika ada tamu-tamu agung. Bangsal kencana adalah gambaran
bersatunya kawula gusti. Maka dari itu cendrosengkolo berdirinya tempat
ini berbunyi "Trus satunggal
panditaningrat" atau tahun 1719.
3. Regol Danapratapa.
Di kanan
kiri regol ini ditanami pohon dersono. Dersono berarti baik, utama. Regol
Danapratapa memberi nasihat kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah ia yang
suka memberi dengan ikhlas serta suka memberantas hawa nafsunya.
4.
Regol Sri Manganti
Di
halaman ini terdapat 2 bangsal, bangsal Sri Manganti di sebelah barat dan
bangsal Trajumas di sebelah timur.
5. Sri Manganti.
Di dalam
Sri Manganti sekarang di simpan pusaka-pusaka Keraton berupa gamelan seperti
kyai Guntur madu dan kyai Nogowilogo.
6. Bangsal Trajumas.
Di dalam
bangsal ini disimpan bermacam-macam tandu jempana, plongko, Joli, meja hias dan
lain-lain. Tandu jempana adalah kendaraan massal yang diangkut oleh 20-30 orang
peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwana VII.
7. Bangsal Ponconiti.
Ponco
berarti lima, symbol dari panca indera kita. Niti berarti menyelidiki,
memeriksa. Di sinilah Sultan mulai meneliti panca inderanya, mempersatukan
pikirannya untuk sujud kepada-Nya, menjunjung tinggi perintah-Nya. Karena
itulah di kanan kiri pohon ini ditanami pohon tanjung.
8. Bangsal Brajanala.
Terdapat
sebuah tembok dari batu bata disebut "renteng mentog baturana"
Braja berarti senjata, nala berarti hati, renteng berarti
susah atau khawatir dan baturana berarti batu pemisah. Semuanya mempunyai arti
"ta usahlah Tuan khawatir kalau menjadi alat Tuhan YME untuk menjalankan
hukum Negara yang adil"
9. Sitihinggil.
Ada sebuah
tratag atau tempat beristirahat dari anyaman bambu. Kanan kiri ditumbuhi pohon
gayam dengan daun-daunnya yang rindang serta bunga-bunganya yang harum wangi.
Menggambarkan muda-mudi yang sedang dirindu cinta asmara. Di tengah-tengah
dahulu ada selo-gilangnya, tempat singgasana Sri Sultan. Menggambarkan
pemuda-pemudi duduk bersanding di kursi temanten.
10. Tarub Agung.
Bangunan
ini terdiri dari 4 tiang tinggi dari besi dan mempunyai bentuk 4 persegi. Arti
bangunan ini ialah "siapa yang sedang atau gemar bersemesi, sujud kepada
Tuhan YME. Selalu berada dalam keagungan. Tempat ini juga merupakan tempat
pembesar-pembesar menunggu rombongan untuk bersama-sama masuk ke Keraton.
11. Alun-alun utara.
Merupakan
satu bagian dari kompleks Keraton yang sangat penting. Sebab, di sinilah raja
dapat berhubungan langsung dengan rakyat, seperti dalam latihan watangan
(tournoi), rompongan macan, grebeg, maleman sekaten dan lain-lain.
12. Bangsal Kemagangan.
Di tempat
ini ada sebuah jalan ke barat menuju dapur keraton Gebulen dan jalan lain
menuju ke timur ke dapu Keraton Sekullanggen.
13. Bangsal Kemandungan.
Bangsal ini
bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwana I di desa Pandak Karangnangka
waktu perang Giyanti (1746-1755 ) M. pohon yang ditanam di sini ialah pohon
kepel yang menggambarkan bersatunya kemauan, bersatuan benih, bersatunya rasa
dan cita-cia. Pohon pelem menggambarkan kemauan bersama. Pohon darsono
menggambarkan cinta kasih satu sama lain.
14. Regol Kemagangan.
Magang
berarti calon. Di halaman ini dulu prajurit diuji ketangkasannya dalam
mempergunakan tombak, dihadiri oleh pangeran-pengeran dan kerabat lainnya.
Regol ini dihiasi dengan cendrosengkolo "dwi naga rasa tunggal yaitu tahun
1682.
15. Krapyak.
Krapyak
adalah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan kalau baginda
sedang memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasannya
mengepung, memburu dan mengejar rusa. Krapyak adalah gambaran dari tempat asal
roh-roh.
16. Masjid Besar.
Masjid ini
berbentuk pendopo tertutup dengan serambi terbuka di mukanya. Atapnya
bertingkat, tiang-tiang masjid terdiri atas batang kayu jati bulat-bulat,
menjulang ke atas menahan kedua atap masjid. Konstruksi dan arsiteknya orang
jawa asli.
17. Bangsal Pangapit atau Bangsal Pasewakan.
Di tempat
ini panglima-panglima perang menerima perintah perang dari Sri Sultan atau
menunggu giliran untuk melaporkan sesuatu. Kemudian dipakai untuk caos (tempat
jaga) para bupati Anom Jaba. Sekarang dipakai untuk keperluan kepariwisataan.
18. Bangsal Pemandengan.
Bangsal ini
dapat disamakan dengan pundak yang menyokong badan Sri Sultan. Atapnya abdi
dalem Kori yang bertugas menyampaikan permintaan rakyat kepada Sri Sultan.
19. Bangsal Pacikeran.
Tempat ini
merupakan tempat jaga pegawai-pegawai Keraton yang tugasnya melaksanakan
keputusan-keputusan hakim, yaitu abdi dalem Singonegoro dan Mertolutut
(algojo-algojo Keraton).
20. Bangsal Manguntur Tangkil.
Adalah
sebuah bangsal kecil yang terletak di tratag Siti Inggil. Jadi merupakan bangsal
dalam bangsal. Ini berarti dalam badan kita ada roh atau jiwa. Maguntur Tangkil
berarti tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu untuk menghadap Tuhan YME
dengan cara hening cipta atau semedi.
21. Bangsal Wilono.
Merupakan
tempat pusaka-pusaka Keraton saat upacara grebeg. Di lantai
tengah bangsal ini bertuliskan cendrosengkolo "Tiranta
puratining madya wilono" yang berarti tahun 1855 dan
suryosengkolo"Linungit kembar gatraning ron" yang berarti tahun 1925.
22. Gedung Kuning.
Gedung ini
berwarna kuning. Merupakan gambaran tempat roh-roh yang telah hening, bening,
murni, yaitu surga langgeng. Dipakai untuk tempat tinggal pribadi Sri Sultan
Hamengkubuwana I sampai X.
23. Gedung
Purwaretna.
Gedung ini
bertingkat tiga, gambaran dari baitul makmur, baitul muharram, dan baitul
muhaddas. Jendela ada 4, menggambarkan 4 kiblat atau 4 angka ketauhidan, yaitu
syariat, tarikat, hakikat dan makrifat. Merupakan kantor sekretaris pribadi Sri
Sultan.
24. Gedung Patehan.
Sebuah
gedung untuk mempersiapkan teh bagi tamu-tamu.
25. Gedung Baya.
Merupakan
tempat untuk menyimpan minuman dan alat makan. Ada 2 buah gedung untuk
menyimpan gamelan, gamelan slendro (selatan) dan gamelan pelog (utara).
26. Gedung Pringgodani.
Dipakai
untuk menyimpan lukisan-lukisan Raden Saleh dan beberapa potret tentang
perkawinan putra-putri Sultan.
27. Gedung Pemerintah Agung Keraton. Yang digunakan untuk
mengatur administrasi Keraton.
28. Banjar Wilopo.
29. Gedung Siliran. Merupakan tempat penyimpanan lampu.
30. Gedung Kas Keraton.
31. Bangsal Kotak. Sebagai ruang tunggu Kenari.
32. Pagelaran.
33. Pasar (Beringharja).
34. Kepatihan.
35. Tugu. Merupakan symbol dari tempat Alif Mutakalliman
Wahid, badan Ilafi, bersatunya kawula dan gusti, bersatunya hamba dengan
Tuhannya, suatu suasana dalam cita rasa yang memberi keyakinan bahwa segala
sesuatu dapat terjadi karena izin dari Yang Kuasa.
36. Regol Gadung Mlati.
37. Regol Kemandungan.
38. Alun –alun selatan.
39. Bale bang. Dahulu digunakan untuk menyimpan gamelan
Sekati.
40. Bangsal Mandalasana. Merupakan tempat musik.
Keraton
juga mempunyai ruangan khusus yang digunakan sebagai museum, di antaranya
adalah:
1. Museum cenderamata
dari Luar Negeri.
Museum ini
berisi tempat buah yang tersusun dari kristal putih polos sebagai peninggalan
Sri Sultan HB VI, piagam-piagam, lampu duduk listrik dari kristal hijau
berhiaskan jimbal kristal, hiasan meja, bunga dan buah dari kristal sebagai
peninggalan Sri Sultan HB VIII, tempat buah dari porselin penunggalan Sri
Sultan HB VII, tempat lampu dari kuningan, tempat minum dari kristal dan kaca
rias dari kuningan.
Ada juga
museum batik sebagai tempat yang termasuk baru. Museum ini terdiri atas museum
batik versi Solo dan versi Yogyakarta. Adapun di dalam museum batik versi Solo
terdapat motif Kundho tante, gringsing, buntal, nitik kembang kentang, keong
kenteng, semeh tjiwini dan nitik cakar ayam.
Sedang
dalam museum batuk versi Yogyakarta terdapat motif batik ceplok simo, motif
kuporanta latar cemeng, motif gigot centhel, motif gringsing bunting purnan dan
lain-lain.
10
C. Kesenian Keraton
Yogyakarta Yang Dapat Melestarikan Nilai-Nilai Sosio Kultural Budaya Jawa
Keraton Yogyakarta yang tidak hanya melaksanakan fungsinya
sebagai wahana pelestarian budaya juga melakukan interaksi terhadap masyarakat
sebagai wujud rasa sosial yang tinggi, mengingat bahwa Keraton Yogyakarta merupakan kediaman
gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana X. Contoh
nyatanya adalah hal-hal yang terjadi belum lama ini, bahwa 40 ribuan warga
melakukan pisowanan ageng ke Keraton Yogyakarta. Pisowanan ageng
tersebut bertujuan untuk meminta penjelasan atau klarifikasi dari Sri Sultan HB
X. Tradisi ini dilakukan ketika terjadi kebuntuan informasi, sehingga rakyat
mendatangi raja. Mereka memohon penjelasan langsung dari sang raja agar
memperoleh kepuasan atas informasi yang tengah beredar di masyarakat. Menurut
Gregorius Sahdan, pisowanan ageng ini merupakan tradisi baru dalam
konteks hubungan kawula lan gusti di Daerah Istimewa Yogyakarta.. Dari
semua ini terlihat jelas bahwa Keraton Yogyakarta melaksanakan peran sosialnya.
Sedangkan
nilai-nilai budaya Keraton dapat dilihat dengan melihat ritual semedi. Dimana
Keraton meyakini bahwa siapa yang sedang bersemedi maka ia selalu berada dalam
keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini, orang yang bersemedi akan menghadapi
berbagai rintangan. Contohnya, saat berada di Pasar Beringharja, maka gambaran
rintangannya adalah wanita-wanita cantik, makanan lezat, minuman segar, kain
bagus berwarna-warni dan bau-bauan yang wangi dan sedap. Sedangkan dalam
Kepatihan akan dijumpai rintangan yang berupa kekuasaan, derajat, pangkat dan
uang.
Keraton
Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap tahunnya yang dikenal dengan nama
upacara grebeg. Grebeg adalah upacara
keagamaan yang dilakukan 3 kali dalam setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi
Muhammad SAW (grebeg Maulud), hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan pada
hari raya idul adha (grebeg Besar).pada hari itu, Sri Sultan berkenan memberi
sedekah berupa gunungan-gunungan berisikan makanan dan lain-lain kepada rakyat.
Dan tak
kalah nilai budayanya adalah pertunjukan seni. Keraton Yogyakarta sering
menggelar seni pertunjukan. Acara ini menjadi ritual fungsional dari istana. Di
antaranya, adalah pertunjukan Tari Bedoyo yang disucikan, pertunjukan wayang
kulit, wayang wong dan lain-lain. Gambaran dari wayang wong adalah suatu drama
tarian berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang
ini hanya ditarikan di Keraton atau di tempat tinggal para ningrat. Hanya orang
yang khusus yang dapat membawakan drama tari ini. Drama ini hanya ditarikan pada acara khusus seperti pada
ulang tahun raja atau pangeran, peringatan penobatan raja, atau pada
penyambutan tamu agung.
Dari semua
contoh di atas, sudah terlihat jelas bahwa Keraton Yogyakarta yang memiliki
bangunan-bangunan, lapangan-lapangan, halaman –halaman serta acara-acara seni
yang mengandung unsur budaya dapat melestarikan nilai-nilai sosio kultural
bangsa Indonesia secara turun temurun.
D. Keraton Yogyakarta sebagai Objek Wisata Budaya.
Keraton Yogyakarta sarat dengan nilai estetis atau keindahan
budaya Jawanya yang khas. Di samping sebagai pusat budaya Jawa, Keraton
Yogyakarta juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik
wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Banyak sekali turis asing
yang datang ke Keraton Yogyakarta mengingat bahwa Yogyakarta
merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia dan tempat kediaman
gubernurnya ada di Keraton Yogyakarta.
Keraton
Yogyakarta sebagai pusat budaya Jawa dan sekaligus sebagai Cultural Tourist
Object, dihadapkan pada tantangan
yang semakin berat dan kompleks. Untuk itu, perbaikan dan pembenahan mutlak
dilakukan supaya eksistensi sebagai pusat aktivitas, pengabdian, dan
pengembangan budaya Jawa tetap terjaga. Salah satu pembenahan yang dilakukan
Keraton adalah penataan internal menyangkut sumberdaya manusia. Pembenahan ini
sebenarnya sudah dilakukan sejak lama yaitu pada saat Peringatan Naik Tahta
ke-12 dan sampai sekarang masih tetap dilakukan. Semua itu dilakukan agar
Keraton dapat memikat hati siapapun yang melihatnya dengan berbagai keindahan
yang dimilikinya.
11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar