Rabu, 06 November 2013

Makalah



KATA PENGANTAR

            Assalamu`alaikum Wr.Wb.
            Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan taufik-Nya kepada kita, sehingga kami, selaku penulis dapat menyeleseikan penulisan laporan penyusunan tugas sekolah berupa karya tulis.
            Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan kita nabi agung Muhammad SAW yang telah mengantar kita kepada jalan keselamatan lewat sabda-sabdanya.
            Dalam penulisan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada :
1.      Kedua orang tua kami tercinta yang memberi dorongan dan do’a sehingga kami dapat menyelesaikan tugas karya tulis ini.
2.      Bapak H.Dayat Sudrajat,S.Pd.I.selaku Kepala SMP Negeri 2 Manonjaya
3.      Bapak Dedi Supriadi,S.Pd selaku wali kelas IX E
4.      Bapak Tatang Ramdani,S.Pd selaku pembimbing.
5.      Teman-teman yang telah memberi dukungan dan masukan.
6.      Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.  

                                                                                    Manonjaya, November 2013



Penyusun
















i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................        
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................        
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................       
KATA PENGANTAR................................................................................   i    
DAFTAR ISI...............................................................................................  ii  


BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang..............................................................................         1
1.2.  Tujuan Kegiatan ............................................................................        1
1.3.  Tujuan Penulisan Karya Tulis...................................... …………         1

BAB II TINJAUAN UMUM
           2.1. Candi Borobudur ................................................................         2
                  a.Sejarah Candi Borobudur……………………………….
                  b.         


BAB III TINJAUAN KHUSUS

                 3.1. Landasan Teori ..........................................................................         8
                 3.2. Pemecahan Masalah ...................................................................         8

BAB IV PENUTUP

            4.1 Kesimpulan ……………………………………………………..      10
            4.2 Saran-saran …………………………………………………….       10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... ...         11
Lampiran-lampiran………………………………………………………….       12

















ii

BAB I PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang Masalah

            Bangsa Indonesia tidak hanyalah dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan.

            Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Adanya objek wisata Candi Borobudur diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap daerah dan mendorong masyarakat sekitar berdagang atau menjual barang yang menjadi cirri khas daerah Wisata Candi Borobudur.
Dalam keadaan seperti itulah Keraton Yogyakarta mampu menunjukkan keeksistensiannya dalam menjaga budaya-budaya leluhur dengan keaslian bangunannya yang kental dengan nuansa jawa. Dengan adanya Keraton Yogyakarta budaya bangsa yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini dapat lestari dan akhinya tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Sebagai pelajar khususnya pelajar Yogyakarta harus mampu memperdalam wawasan kebudayaan Jawa sekaligus merawatnya hingga dapat memperkaya Kebudayaan Daerah bahkan Kebudayaan Nasional. Untuk itu, panitia Praktek Pengenalan Lapangan MAN YOGYAKARTA 1 memilih Keraton Yogyakarta sebagai objek yang harus dikaji dan diamati oleh peserta

1.2 Tujuan Kegiatan
            Ada pun tujuan wisata ini sebagai berikut :
a.Menambah wawasan tentang beberapa tempat wisata di Yogyakarta.
b. Menambah wawasan tentang sejarah dan budaya.
c. Menghargai nilai-nilai sejarah dan budaya


1.3 Tujuan Penulisan Karya Tulis

            Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut

    Untuk mengetahui pengaruh Objek Wisata di Yogyakarta  terhadap ekonomi para pedagang di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur
    Untuk mengetahui para pedagang di kawasan wisata Candi Borobudur,Monumen Jogja Kembali,Kraton Yogyakarta,Taman pintar,dan Malioboro






















1
Bab II TINJAUAN UMUM

2.1 Candi Borobudur


A.    Sejarah Candi Borobudur
            Candi Borobudur itu didirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti, namun suatu perkiraan dapt diperoleh dengan tulisan singkat yang di pahat diatas pigura relief kaki asli Candi Borobudur menunjukan huruf sejenis dengan yang dapat dari prasasti abad ke-8 sampai awal abad ke-9 kesimpulan bahwa Candi Borobudur didirikan paa tahun 800 M

Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama ahkan sampai berabad-abad bangunan yang begitu megahnya diharapkan pada proses kehancuran. Setelah itu pada tanggal 10 agustus 1973 dimulai pekerja pembangunan Candi Borobudur terletak disebelahbarat laut menghadap ketimur karyawan pembenahan tidak kurang dari 600 orang bagian bagian yang dibenahi ialah bagian rapadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar. Kaki Candi Borobudur, teras, I,II,III. Stupa induk dan selesai pada tanggal 23 Febuari 1983

Borobudur adalah nama sebuah Candi Budha terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama budha Mahayana Wangsa syailendra. Dalam etnis tionghoa Candi ini disebut juga hanyu pinyin.


B.     Manfaat Candi Borobudur

Fungsi candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada umumnya, yaitu.
1)      Tempat menyimpan relik atau disebut Dhatugarba (peninggalan-peninggalan benda suci).
2)      Tempat sembahyang atau beribadat bagi umat Budha.
3)      Merupakan lambang suci bagi umat Budha, cermin nilai-nilai tertinggi agama Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya sedalam-dalamnya.
4)      Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.
Arti atau Makna Candi Borobudur
Arti atau makna candi Borobudur secara filosofis adalah merupakan lambang dari alam semesta atau dunia cosmos. Menurut ajaran Budha, alam semesta dibagi menjadi tiga unsur atau dhatu dalam bahasa Sansekerta yaitu meliputi:
1)      unsur nafsu, hasrat atau kamadhatu;
2)      unsur wujud, rupa, bentuk, atau Ruphadatu;
3)      unsur tak berwujud, tanpa rupa, tak berbentuk atau Arupadhatu;























2
2.2 Monumen Yogya Kembali
  1. Sejarah Monumen Yogya Kembali
            Dibangun pada 29 Juni 1985 yang ditandai dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan Kolonel Sugiarto, selaku Wali kota madya Yogyakarta dalam Peringatan Yogya Kembali yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1983. Dipilihnya nama Yogya Kembali dengan maksud sebagai tetenger atau penanda peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibu kota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintahan Belanda.
Monumen Jogja Kembali Pembangunan monumen dengan bentuk kerucut dan terdiri dari tiga lantai ini selesai dibangun dalam waktu empat tahun dan diresmikan pembukaannya tanggal 6 Juli 1989 oleh Presiden RI pada waktu itu, Soeharto.
Monumen setinggi kurang lebih 31.8 m ini terletak di Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Bentuk kerucutnya melambangkan bentuk gunung yang menjadi perlambang kesuburan selain memiliki makna melestarikan budaya nenek moyang pra-sejarah.
Pemilihan lokasi Monumen Yogya Kembali juga memiliki alasan berlatarkan budaya Yogya, yaitu monumen terletak pada sumbu atau poros imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan pantai Parang Tritis. Sumbu imajiner ini sering disebut dengan Poros Makrokosmos atau Sumbu Besar Kehidupan. Titik imajinernya sendiri bisa anda lihat pada lantai 3 ditempat berdirinya tiang bendera.
Bangunan monumen ini terdiri dari taman depan dimana pengunjung bisa melihat Meriam PSU Kaliber 60mm buatan Rusia, sedangkan dihalaman paling depan anda bisa jumpai Replika Pesawat Guntai dan Pesawat Cureng yang dipakai dalam peristiwa perjuangan ini. Memasuki halaman museum terdapat dinding yang memenuhi satu sisi selatan monumen yang berisi Rana Daftar Nama Pahlawan dimana pengunjung bisa melihat 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949 dan puisi 'Karawang-Bekasi' karangan Khairil Anwar. Monumen Jogja Kembali Bangunan monumen yang terdiri dari tiga lantai terbagi dalam beberapa bagian. Seluruh bangunan dikelilingi oleh kolam air. Di lantai satu adalah museum dimana terdapat empat ruang museum yang menyajikan benda-benda koleksi berupa: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum yang kesemuanya menggambarkan suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Pengunjung bisa melihat tandu yang digunakan untuk menggotong Panglima Besar Jenderal Soedirman selama perang gerilya, seragam tentara dan dokar yang juga pernah digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Konon total koleksi barang-barang dalam museum tersebut mencapai ribuan. Perpustakaan menggunakan satu ruang di lantai satu yang merupakan perpustakaan khusus yang menyediakan bahan-bahan referensi sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan dapat dimanfaatkan oleh umum. Ruang serbaguna adalah ruangan yang terletak ditengah-tengah ruangan lantai satu lengkap dengan panggung terbuka-nya. Setiap hari Sabtu dan Minggu diruangan ini digelar berbagai atraksi diantaranya tarian klasik, gamelan, musik electone yang memainkan lagu-lagu perjuangan. Ruangan Serbaguna ini bisa digunakan oleh umum untuk acara-acara pernikahan, seminar, wisuda dan lain-lain. Di lantai 2 bagian dinding paling luar yang melindungi tubuh monumen, pengunjung bisa melihat 40 buah Relief Perjuangan Phisik dan Diplomasi perjuangan Bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. Pengunjung bisa melihat antara lain relief Jenderal Mayor Meyer yang mengancam Sri Sultan HB IX pada tanggal 3 Maret 1949, Presiden dan para pemimpin lain kembali ke Yogyakarta, pernyataan dari Sri Sultan HB IX yang menyatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah bagian dari Negara Republik Indonesia, Perayaan Kemerdekaan di halaman Kraton Ngayogyakarta dan lain-lain.
3
 
Monumen Jogja Kembali Didalam bangunan lantai dua terdapat sepuluh diorama perjuangan Phisik dan Diplomasi Bangsa Indonesia sejak 19 Desember 1948 hingga 17 Agustus 1949 dengan ukuran life-size melingkari bangunan monumen. Diorama diawali dengan Agresi Militer Belanda memasuki kota Yogyakarta dalam rangka menguasai kembali Replublik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948 dimana pengunjung bisa menyaksikan miniatur pesawat-pesawat Belanda yang dibuat mirip dengan asli-nya. Apabila anda datang didampingi pemandu maka pemandu akan dengan senang hati menjelaskan kepada anda peristiwa sesungguhnya yang terjadi dimana pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapten Van Langen berhasil menguasai Lapangan Udara Maguwo (kini Adisucipto) pada pukul 08.00 dan mengadakan ‘sapu bersih’ terhadap apa yang dijumpai sepanjang jalan menuju Kota Yogyakarta (Jalan Solo). Kurang lebih pukul 16.00 pasukan Belanda sudah menguasai seluruh kota Yogyakarta dan beberapa tempat-tempat penting lain seperti Istana Presiden (Gedung Agung) dan Benteng Vredeburg. Sejak itu perjuangan merebut kembali Negara RI dimulai.
Kesepuluh diorama disajikan dalam kronologis waktu sehingga memudahkan pengunjung untuk memahami urutan kejadian yang sebenarnya. Disini kita juga semakin memahami peran perjuangan Jenderal Soedirman yang waktu itu dengan kondisi kesehatan sangat lemah dan paru-paru sebelah tetap memaksakan diri ikut berjuang dengan cara gerilya walaupun Presiden Soekarno sudah memintanya untuk tinggal bersamanya saja. Diorama ini disajikan diawal-awal. Di tengah-tengah diorama disisipkan juga adegan yang terkenal dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol Soeharto yang memiliki tujuan politik, psikologis dan militer dimana bangsa Indonesia ingin mengabarkan pada dunia mengenai eksistensi-nya. Berita keberhasilan SU 1 Maret 1949 tersebut berhasil disebarluaskan melalui jaringan radio AURI dengan sandi PC-2 di Banaran, Playen, Gunung Kidul secara beranting hingga sampai ke Burma, India dan sampai kepada perwakilan RI di PBB. Menjelang diorama terakhir kita bisa melihat akhir dari perjuangan panjang dan melelahkan bangsa dimana akhirnya tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan Sri Sultan HB IX bertindak selaku koordinator keamanan yang mengawasi jalannya penarikan pasukan tersebut dan diakhiri dengan adanya Persetujuan Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949










































4
  1. Letak Monumen Yogya Kembali
            Lokasi-  Monumen Yogya Kembali (Monjali) terletak di ring-road utara kota Yogyakarta tepatnya di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman. Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.

  1. BENDA-BENDA BERSEJARAH
Museum Lantai 1
Di lantai 1 terdapat empat ruang museum yang menyajikan benda-benda koleksi berupa Realia, Replika, Foto, Dokument, Heraldika, Berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum, yang kesemuanya menggambarkan suasana perang kemerdekaan 1945 sampai 1949.
Benda-benda di Museum 1, antara lain :
1.      Foto-foto tentang proklamasi, ibu fatmawati yang sedang menjahit bendera pusaka merah putih, tempat upacara pengibaran sang saka merah putih, foto kabinet pertama republik Indonesia.
2.      Di dalam lemari ada speaker untuk gema proklamasi  ( speaker/microfon), sabel mersose dan bambu runcing sebagai modal dasar pemuda indonesia  dalam bersenjata.
3.      - Ada foto Sultan Hamengku Buwono XI
-foto barisan bambu runcing
-foto maklumat 5 september 1945
-foto rapat raksasa di alun-alun utara Yogyakarta
-foto pertempuran kota baru 7 oktober
-foto konggres pemuda 1
-foto saat laporan pelaksanaan genjatan senjata
-foto perundingan Indonesia – Belanda
-foto pengangkutan tentara jepang dengan kereta api ( allied prisioners of war and ‘nterhern )
-foto Bank Indonesia
-foto saat bantuan dari India datang untuk para rakyat Indonesia
-foto saat presiden soekarno menuntaskan buta huruf tahun 17 maret 1948
-foto  uang ORI yang di keluarkan Indonesia tanggal 1 oktober 1946
4.  Ada juga patung-patung yang memakai seragam tentara Indonesia seperti PETA, HEIHO, LASURI, POLISI ISTIMEWA, GERILYA, TENTARA PELAJAR, BKR UDARA, BKR LAUT, BKR UDARA
5. Ada juga mesin ketik dan guci jaman dulu
6. Berbagai macam senjata yang di gunakan para pejuang.
7. Ada juga senjata dari belanda
8. Ada bendera atau panji-panji divisi serta panji-panji resimen
9. Miniatur perahu mayang, perahu tsb berasal dari banyuwangi
10. Banyak senjata tajam para pejuang, seperti SAMURAI, SYUTHO (tempat air   minum), HAN-NGO (tempat nasi), SENAPAN, MORTIR, BROWNING 303 (USA)
11. Miniatur perahu penisi
12. Mesin pesawat terbang dan gambar penerbang
13. Granat longsor, granat nanas, granat gombyok, granat senapan, sumbu api, truk boom
14. Merpati POS
15. Peta wilayah RI menurut persetujuan RENVILLE
16. Radio philips, pistol nambo, pedang mandao
17. Jaket Faridan M.Noto
Benda-benda di Museum 2 antara lain :
1.      Pesawat telepon
2.      Walky talky
3.      Mesin jahit
4.      Dokar
5.      Diagram veteran dalam negara RIS
6.      Tandu
7.      Meriam yugo
8.      Patung Teuku Umar
9.      Meriam PSU Derlikon
10.  Meja kursi dan peralatan makan minum digunakan oleh panglima besar Jendral Soedirman di Wonosari, Gunung Kidul.
11.  Kursi kerja Gubernur kepala daerah istimewa Yogyakarta (Sri Sultan HB IX) di kepatihan pada masa perang kemerdekaan.
12.  SNP Karaben Mauser, Jerman Barat 1942
Benda-benda di Museum 3, antara lain :
1.      Evokativ dapur umum
2.      Evokatif Palang Merah Indonesia
3.      Peta rute konsolidasi komandan wehrlereise III
4.      Meja kusi tamu yang di gunakan Mayor R. Sumual pada Agresi Militer II
5.      Sepeda Simplex milik Ibu Ruswa saat Agresi Militer 2 di gunakan untuk membawa kertas-kertas rahasia
6.      Meja, kursi, sentir untuk belajar mengajar saat itu

Benda-benda di Museum 4, antara lain :
1.    Tempat tidur yang ada di Gedung Agung di pakai saat soekarno di Yogyakarta
2.    Patung setengah badan Ki Hajar Dewantara
3.    Foto-foto Tokoh Perjuangan
4.    Patung setengah badan KH. Mansyur
5.    Meja Kursi tamu yang digunakan Moh. Hatta

Selain museum di lantai 1 terdapat perpustakaan yang merupakan perpustakaan khusus yang menyediakan bahan-bahan referensi,sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan dapat di manfaatkan oleh umum. Ada juga Ruang Serbaguna yang berada di tengah-tengah ruangan di lengkapi dengan panggung terbuka ruang ini dapat di gunakan untuk acara-acara pernikahan, seminar, wisuda, serta atraksi seni seperti : tari klasik, gamelan, musik elektone dengan lagu-lagu perjuangan


Museum Lantai 2
Lapik luar dinding langkan lantai 2 yang melindungi tubuh monumen di sajikan 42 buah relief perjuangan fisik dan diplomasi perjuangan bangsa Indonesia sejak 17 agustus 1945 sampai 28 Desember 1949

1.    Diorama penyerbuan tentara belanda di lapangan terbang Maguwoharjo 19 desembar 1948 jam 05.50
2.    Diorama panglima Besar Jenderal Sudirman melapor kepada Presiden untuk memimpin Perang Gerilya 19 Desember 1948
3.    Diorama Presiden, Wakil Presiden dan pemimpin lainnya di asingkan ke Sumatera 23 Desember 1948
4.    Diorama perlawanan rakyat bersama tentara  terhadap Belanda 23 Desember 1948
5.    Diorama konsolidasi dan pemberontakan sektor-sektor pertahanan di Ngotho 26 desember 1948
6.    Diorama Serangan Umum 1 Maret 1949
7.    Diorama Penandatanganan Roem-Royem Statement 7 Mei 1949
8.    Diorama penarikan tentara belanda dari Yogyakarta 29 Juni 1949
9.    Diorama Panglima Besar Soedirman tiba di Yogyakarta 10 Juli 1949
10.     Diorama peringatan Proklamasi di Yogyakarta 17 agustus 1949

Lantai 3
Di sebut juga ruang Garba Graha atau ruang hening, di harapkan pengunjung dapat mensyukuri karunia tuhan dan mohon agar para syuhada yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan dapat diterima di sisi tuhan sesuai dengan amal bhaktinya.
























7
2.3 Kraton Yogyakarta

A. Arti dan Sejarah Keraton Yogyakarta
            Keraton adalah tempat bersemayamnya ratu-ratu. Berasal dari kata-kata ka + ratu + an. Keraton juga disebut kedaton yang berasal dari kata-kata ka + datu + an yaitu tempat datu-datu atau ratu-ratu, dalam Bahasa Indonesia berarti istana. Jadi keraton ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, arti filsafat dan arti kebudayaan.
            Arsitektur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya, sampai pada warna gedng-gedungnya pun mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan sembarangan pohon. Semua yang ada di Keraton seakan-akan memberi nasihat agar cinta dan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam bertingkah laku dalah sehari-hari dan lain-lain.
            Arsitek yang merancang bangunan Keraton Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I yang bergelar Pangeran Mangkubumi Sukowati dan juga bergelar de bouwmeester van zijn broer Sunan P. B. II.(arsitek dari kakanda Sunan Paku Buwana II) ketika masih muda.
            Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun Jawa 1682. Diperingati dengan sebuah Condro sengkolo memet pintu gerbang Kemagangan di pintu gerbang Gadung Mlati, berupa 2 naga yang berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa "Dwi naga rasa tunggal", dwi artinya 2, naga artinya 8, rasa artinya 6 dan tunggal yang berarti 1. dibaca dari belakang menjadi 1682. warna naga hijau yang berarti pengharapan.
            Di sebelah luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanan-kiri ada hiasan juga terdiri dari 2 ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa berarti "Dwi naga rasa wani" artinya tahun 1682. Tahunnya sama tetapi dekorasinya berbeda. Warna naga merah yang merupakan simbol keberanian. Di halaman Kemagangan ini dahulu diadakan ujian bela diri memakai tombak antar calon prajurit-prajurit keraton.

B.  Keraton Yogyakarta dan Lingkungan Sekitarnya.
            Luas Keraton Yogyakarta adalah  . Di dalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan. Kompleks Keraton Yogyakarta dan lingkungan Sekitarnya terdiri atas:
1. Kedaton/ gedung Prabayeksa.
            Gedung Prabayeksa merupakan tempat peninggalan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta. Dindingnya gebyog, kayunya berwarna sawo matang dan lantainya marmer.  Condrosengkolo berdirinya gedung ini berbunyi "Warna sanga rasa tunggal" yang berarti tahun 1694 Jawa. Di dalamnya terdapat lampu yang tak pernah padam yang bernama Kyai Wiji. Praba artinya cahaya dan yeksa artinya besar, jadi merupakan cahaya yang besar atau terang. Semua itu mengandung arti  perjalanan roh di zaman akhirat itu mengikuti jalannya cahaya sampai di sebuah tempat yang tetap, yang terang dan langgeng. Menurut K.P.H. Bringtodiningrat, lampu itu adalah simbol dari sinar yang tak pernah padam. Dan menurut Dr. Th Pigeaud merupakan simbol dari Het Licht van once geest atau dalam bahasa Indonesia berarti sinar semangat jiwa kita.
2. Bangsal Kencana.
            Bangsal ini berbentuk pendapa dilingkari emper (kaki lima) pada keempat sisinya. Bentuk semacam ini dinamakan sinom. Lantainya dari marmer, tiang-tiangnya kayu jati, palfonnya dihiasi ukiran-ukiran yang sangat indah. Bangsal ini dikelilingi tratag, berlantai marmer, berlantai besi dan beratap seng tempat ini dipakai untuk gamelan jika ada tamu-tamu agung. Bangsal kencana adalah gambaran bersatunya kawula gusti. Maka dari itu cendrosengkolo berdirinya tempat ini  berbunyi "Trus satunggal panditaningrat" atau tahun 1719.
3. Regol Danapratapa.
            Di kanan kiri regol ini ditanami pohon dersono. Dersono berarti baik, utama. Regol Danapratapa memberi nasihat kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah ia yang suka memberi dengan ikhlas serta suka memberantas hawa nafsunya.
4.      Regol Sri Manganti
             Di halaman ini terdapat 2 bangsal, bangsal Sri Manganti di sebelah barat dan bangsal Trajumas di sebelah timur.
5. Sri Manganti.
            Di dalam Sri Manganti sekarang di simpan pusaka-pusaka Keraton berupa gamelan seperti kyai Guntur madu dan kyai Nogowilogo.
6. Bangsal Trajumas.
            Di dalam bangsal ini disimpan bermacam-macam tandu jempana, plongko, Joli, meja hias dan lain-lain. Tandu jempana adalah kendaraan massal yang diangkut oleh 20-30 orang peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwana VII.
7. Bangsal Ponconiti.
            Ponco berarti lima, symbol dari panca indera kita. Niti berarti menyelidiki, memeriksa. Di sinilah Sultan mulai meneliti panca inderanya, mempersatukan pikirannya untuk sujud kepada-Nya, menjunjung tinggi perintah-Nya. Karena itulah di kanan kiri pohon ini ditanami pohon tanjung.
8. Bangsal Brajanala.
            Terdapat sebuah tembok dari batu bata disebut "renteng mentog baturana"
Braja berarti senjata, nala berarti hati, renteng berarti susah atau khawatir dan baturana berarti batu pemisah. Semuanya mempunyai arti "ta usahlah Tuan khawatir kalau menjadi alat Tuhan YME untuk menjalankan hukum Negara yang adil"
9. Sitihinggil.
            Ada sebuah tratag atau tempat beristirahat dari anyaman bambu. Kanan kiri ditumbuhi pohon gayam dengan daun-daunnya yang rindang serta bunga-bunganya yang harum wangi. Menggambarkan muda-mudi yang sedang dirindu cinta asmara. Di tengah-tengah dahulu ada selo-gilangnya, tempat singgasana Sri Sultan. Menggambarkan pemuda-pemudi duduk bersanding di kursi temanten.
10. Tarub Agung.
            Bangunan ini terdiri dari 4 tiang tinggi dari besi dan mempunyai bentuk 4 persegi. Arti bangunan ini ialah "siapa yang sedang atau gemar bersemesi, sujud kepada Tuhan YME. Selalu berada dalam keagungan. Tempat ini juga merupakan tempat pembesar-pembesar menunggu rombongan untuk bersama-sama masuk ke Keraton.
11. Alun-alun utara.
            Merupakan satu bagian dari kompleks Keraton yang sangat penting. Sebab, di sinilah raja dapat berhubungan langsung dengan rakyat, seperti dalam latihan watangan (tournoi), rompongan macan, grebeg, maleman sekaten dan lain-lain.
12. Bangsal Kemagangan.
            Di tempat ini ada sebuah jalan ke barat menuju dapur keraton Gebulen dan jalan lain menuju ke timur ke dapu Keraton Sekullanggen.
13. Bangsal Kemandungan.
            Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwana I di desa Pandak Karangnangka waktu perang Giyanti (1746-1755 ) M. pohon yang ditanam di sini ialah pohon kepel yang menggambarkan bersatunya kemauan, bersatuan benih, bersatunya rasa dan cita-cia. Pohon pelem menggambarkan kemauan bersama. Pohon darsono menggambarkan cinta kasih satu sama lain.
14. Regol Kemagangan.
            Magang berarti calon. Di halaman ini dulu prajurit diuji ketangkasannya dalam mempergunakan tombak, dihadiri oleh pangeran-pengeran dan kerabat lainnya. Regol ini dihiasi dengan cendrosengkolo "dwi naga rasa tunggal yaitu tahun 1682.
15. Krapyak.
            Krapyak adalah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan kalau baginda sedang memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasannya mengepung, memburu dan mengejar rusa. Krapyak adalah gambaran dari tempat asal roh-roh.
16. Masjid Besar.
            Masjid ini berbentuk pendopo tertutup dengan serambi terbuka di mukanya. Atapnya bertingkat, tiang-tiang masjid terdiri atas batang kayu jati bulat-bulat, menjulang ke atas menahan kedua atap masjid. Konstruksi dan arsiteknya orang jawa asli. 
17. Bangsal Pangapit atau Bangsal Pasewakan.
            Di tempat ini panglima-panglima perang menerima perintah perang dari Sri Sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan sesuatu. Kemudian dipakai untuk caos (tempat jaga) para bupati Anom Jaba. Sekarang dipakai untuk keperluan kepariwisataan.
18. Bangsal Pemandengan.
            Bangsal ini dapat disamakan dengan pundak yang menyokong badan Sri Sultan. Atapnya abdi dalem Kori yang bertugas menyampaikan permintaan rakyat kepada Sri Sultan.
19. Bangsal Pacikeran.
            Tempat ini merupakan tempat jaga pegawai-pegawai Keraton yang tugasnya melaksanakan keputusan-keputusan hakim, yaitu abdi dalem Singonegoro dan Mertolutut (algojo-algojo Keraton).
20. Bangsal Manguntur Tangkil.
            Adalah sebuah bangsal kecil yang terletak di tratag Siti Inggil. Jadi merupakan bangsal dalam bangsal. Ini berarti dalam badan kita ada roh atau jiwa. Maguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu untuk menghadap Tuhan YME dengan cara hening cipta atau semedi.
21. Bangsal Wilono.
            Merupakan tempat pusaka-pusaka Keraton saat upacara grebeg. Di lantai
tengah bangsal ini bertuliskan cendrosengkolo "Tiranta puratining madya wilono" yang berarti tahun 1855 dan suryosengkolo"Linungit kembar gatraning ron" yang berarti tahun 1925.
22. Gedung Kuning.
            Gedung ini berwarna kuning. Merupakan gambaran tempat roh-roh yang telah hening, bening, murni, yaitu surga langgeng. Dipakai untuk tempat tinggal pribadi Sri Sultan Hamengkubuwana I sampai X.
23.  Gedung Purwaretna.
            Gedung ini bertingkat tiga, gambaran dari baitul makmur, baitul muharram, dan baitul muhaddas. Jendela ada 4, menggambarkan 4 kiblat atau 4 angka ketauhidan, yaitu syariat, tarikat, hakikat dan makrifat. Merupakan kantor sekretaris pribadi Sri Sultan.
24. Gedung Patehan.
            Sebuah gedung untuk mempersiapkan teh bagi tamu-tamu.
25. Gedung Baya.
            Merupakan tempat untuk menyimpan minuman dan alat makan. Ada 2 buah gedung untuk menyimpan gamelan, gamelan slendro (selatan) dan gamelan pelog (utara).
26. Gedung Pringgodani.
            Dipakai untuk menyimpan lukisan-lukisan Raden Saleh dan beberapa potret tentang perkawinan putra-putri Sultan.
27. Gedung Pemerintah Agung Keraton. Yang digunakan untuk mengatur administrasi Keraton.
28. Banjar Wilopo.
29. Gedung Siliran. Merupakan tempat penyimpanan lampu.
30. Gedung Kas Keraton.
31. Bangsal Kotak. Sebagai ruang tunggu Kenari.
32. Pagelaran.
33. Pasar (Beringharja).
34. Kepatihan.
35. Tugu. Merupakan symbol dari tempat Alif Mutakalliman Wahid, badan Ilafi, bersatunya kawula dan gusti, bersatunya hamba dengan Tuhannya, suatu suasana dalam cita rasa yang memberi keyakinan bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena izin dari Yang Kuasa.
36. Regol Gadung Mlati.
37. Regol Kemandungan.
38. Alun –alun selatan.
39. Bale bang. Dahulu digunakan untuk menyimpan gamelan Sekati.
40. Bangsal Mandalasana. Merupakan tempat musik.
            Keraton juga mempunyai ruangan khusus yang digunakan sebagai museum, di antaranya adalah:
1.  Museum cenderamata dari Luar Negeri.
            Museum ini berisi tempat buah yang tersusun dari kristal putih polos sebagai peninggalan Sri Sultan HB VI, piagam-piagam, lampu duduk listrik dari kristal hijau berhiaskan jimbal kristal, hiasan meja, bunga dan buah dari kristal sebagai peninggalan Sri Sultan HB VIII, tempat buah dari porselin penunggalan Sri Sultan HB VII, tempat lampu dari kuningan, tempat minum dari kristal dan kaca rias dari kuningan.
            Ada juga museum batik sebagai tempat yang termasuk baru. Museum ini terdiri atas museum batik versi Solo dan versi Yogyakarta. Adapun di dalam museum batik versi Solo terdapat motif Kundho tante, gringsing, buntal, nitik kembang kentang, keong kenteng, semeh tjiwini dan nitik cakar ayam.
            Sedang dalam museum batuk versi Yogyakarta terdapat motif batik ceplok simo, motif kuporanta latar cemeng, motif gigot centhel, motif gringsing bunting purnan dan lain-lain.












10





C. Kesenian  Keraton Yogyakarta Yang Dapat Melestarikan Nilai-Nilai Sosio Kultural Budaya Jawa
            Keraton Yogyakarta yang tidak hanya melaksanakan fungsinya sebagai wahana pelestarian budaya juga melakukan interaksi terhadap masyarakat sebagai wujud rasa sosial yang tinggi, mengingat  bahwa Keraton Yogyakarta merupakan kediaman gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana X. Contoh nyatanya adalah hal-hal yang terjadi belum lama ini, bahwa 40 ribuan warga melakukan pisowanan ageng ke Keraton Yogyakarta. Pisowanan ageng tersebut bertujuan untuk meminta penjelasan atau klarifikasi dari Sri Sultan HB X. Tradisi ini dilakukan ketika terjadi kebuntuan informasi, sehingga rakyat mendatangi raja. Mereka memohon penjelasan langsung dari sang raja agar memperoleh kepuasan atas informasi yang tengah beredar di masyarakat. Menurut Gregorius Sahdan, pisowanan ageng ini merupakan tradisi baru dalam konteks hubungan kawula lan gusti di Daerah Istimewa Yogyakarta.. Dari semua ini terlihat jelas bahwa Keraton Yogyakarta melaksanakan peran sosialnya.
            Sedangkan nilai-nilai budaya Keraton dapat dilihat dengan melihat ritual semedi. Dimana Keraton meyakini bahwa siapa yang sedang bersemedi maka ia selalu berada dalam keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini, orang yang bersemedi akan menghadapi berbagai rintangan. Contohnya, saat berada di Pasar Beringharja, maka gambaran rintangannya adalah wanita-wanita cantik, makanan lezat, minuman segar, kain bagus berwarna-warni dan bau-bauan yang wangi dan sedap. Sedangkan dalam Kepatihan akan dijumpai rintangan yang berupa kekuasaan, derajat, pangkat dan uang.
            Keraton Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap tahunnya yang dikenal dengan nama upacara grebeg.  Grebeg adalah upacara keagamaan yang dilakukan 3 kali dalam setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi Muhammad SAW (grebeg Maulud), hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan pada hari raya idul adha (grebeg Besar).pada hari itu, Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-gunungan berisikan makanan dan lain-lain kepada rakyat.
            Dan tak kalah nilai budayanya adalah pertunjukan seni. Keraton Yogyakarta sering menggelar seni pertunjukan. Acara ini menjadi ritual fungsional dari istana. Di antaranya, adalah pertunjukan Tari Bedoyo yang disucikan, pertunjukan wayang kulit, wayang wong dan lain-lain. Gambaran dari wayang wong adalah suatu drama tarian berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang ini hanya ditarikan di Keraton atau di tempat tinggal para ningrat. Hanya orang yang khusus yang dapat membawakan drama tari ini. Drama ini hanya  ditarikan pada acara khusus seperti pada ulang tahun raja atau pangeran, peringatan penobatan raja, atau pada penyambutan tamu agung. 
            Dari semua contoh di atas, sudah terlihat jelas bahwa Keraton Yogyakarta yang memiliki bangunan-bangunan, lapangan-lapangan, halaman –halaman serta acara-acara seni yang mengandung unsur budaya dapat melestarikan nilai-nilai sosio kultural bangsa Indonesia secara turun temurun.

D. Keraton Yogyakarta sebagai Objek Wisata Budaya.
            Keraton Yogyakarta sarat dengan nilai estetis atau keindahan budaya Jawanya yang khas. Di samping sebagai pusat budaya Jawa, Keraton Yogyakarta juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.  Banyak sekali turis asing
yang datang ke Keraton Yogyakarta mengingat bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia dan tempat kediaman gubernurnya ada di Keraton Yogyakarta.
            Keraton Yogyakarta sebagai pusat budaya Jawa dan sekaligus sebagai Cultural Tourist Object,  dihadapkan pada tantangan yang semakin berat dan kompleks. Untuk itu, perbaikan dan pembenahan mutlak dilakukan supaya eksistensi sebagai pusat aktivitas, pengabdian, dan pengembangan budaya Jawa tetap terjaga. Salah satu pembenahan yang dilakukan Keraton adalah penataan internal menyangkut sumberdaya manusia. Pembenahan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama yaitu pada saat Peringatan Naik Tahta ke-12 dan sampai sekarang masih tetap dilakukan. Semua itu dilakukan agar Keraton dapat memikat hati siapapun yang melihatnya dengan berbagai keindahan yang dimilikinya.
11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar